Hemoptisis

Pegertian
Batuk darah (hemoptisis) adalah darah atau dahak berdarah yang dibatukkan berasal dari saluran pernafasan bagian bawah yaitu mulai dari glottis kearah distal, batuk darah akan berhenti sendiri jika asal robekan pembuluh darah tidak luas , sehingga penutupan luka dengan cepat terjadi . (Hood Alsagaff, 1995, hal 301) 

Hemoptisis adalah darah atau dahak berdarah yang dibatukkan berasal dari saluran pernafasan bagian bawah yaitu mulai dari glottis kearah distal

hemoptisis adalah ekspetorasi darah akibat perdarahan pada saluran napas di bawah laring atau perdarahan yang keluar ke saluran napas di bawah laring.

Etiologi
1. Infeksi, terutama tuberkulosis, abses paru, pneumonia, dan kaverne oleh karena jamur dan sebagainya.
2. Kardiovaskuler, stenosis mitralis dan aneurisma aorta.
3. Neoplasma, terutama karsinoma bronkogenik dan poliposis bronkus.
4. Gangguan pada pembekuan darah (sistemik).
5. Benda asing di saluran pernapasan.

Klasifikasi
A. Menurut Penyebab
1. Batuk darah idiopatik.
Yaitu batuk darah yang tidak diketahui penyebabnya:
  •  insiden 0,5 sampai 58% {+ 15 %}
  •  pria : wanita = 2 : 1
  •  umur 30- 50 tahun kebanyakan 40-60 tahun
  •  berhenti spontan dengan suportif terapi.
2. Batuk darah sekunder.
Yaitu batuk darah yang diketahui penyebabnya
a. Oleh karena peradangan
ditandai vaskularisasi arteri bronkiale: 4% (normal 1%)
  • Tuberculosis batuk sedikit-sedikit disertai darah biasanya bergumpal.
  • Bronkietasis bercampur purulen
  • Abses paru bercampur purulen
  • Pneumonia berwarna merah bata encer berbuih
  • Bronkitis sedikit-sedikit campur darah atau lendir
b. Neoplasma
  •  karsinoma paru
  •  adenoma
c. Lain-lain:
  • trombo emboli paru – infark paru
  • mitral stenosis
  • kelainan kongenital aliran darah paru meningkat
  • trauma dada
    • tumpul: perlukaan oleh costa
    • tajam : tusukan benda tajam
  • hemorhagic diatese
  • hipertensi pulmonal primer

B. Menurut Jumlah Darah
  • minimal 1-30 cc
  • mild 30-150 cc
  • moderate 150-500 cc
  • massive 600 cc

Patofisiologis
Arteri-arteri bronkialis adalah sumber darah utama bagi saluran napas, pleura, jaringan limfoid intra pulmonar, serta persarafan di daerah hilus. Arteri pulmonalis yang membawa darah dari vena sistemik, memperdarahi jaringan parenkim paru, termasuk bronkiolus respiratorius. Anastomosis arteri dan vena bronkopulmonar, yang merupakan hubungan antara kedua sumber perdarahan di atas, terjadi di dekat persambungan antara bronkiolus respiratorius dan terminalis. Anastomosis ini memungkinkan kedua sumber darah untuk saling mengimbangi. Apabila aliran dari salah satu sistem meningkat maka pada sistem yang lain akan menurun.
Studi arteriografi menunjukkan bahwa 92% hemoptisis berasal dari arteri-arteri bronkialis. Secara umum bila perdarahan berasal dari lesi endobronkial, maka perdarahan adalah dari sirkulasi bronkialis, sedangkan bila lesi dari parenkim, maka perdarahan adalah dari sirkulasi pulmoner. Pada keadaan kronik, dimana terjadi perdarahan berulang, maka perdarahan seringkali berhubungan dengan peningkatan vaskularitas di lokasi yang terlibat.

Mekanisma terjadinya batuk darah adalah sebagai berikut :
1. Radang mukosa
Pada trakeobronkitis akut atau kronis, mukosa yang kaya pembuluh darah menjadi rapuh, sehingga trauma yang ringan sekalipun sudah cukup untuk menimbulkan batuk darah.
2. Infark paru
Biasanya disebabkan oleh emboli paru atau invasi mikroorganisme pada pembuluh darah, seperti infeksi coccus, virus, dan infeksi oleh jamur.
3. Pecahnya pembuluh darah vena atau kapiler
Distensi pembuluh darah akibat kenaikan tekanan darah intraluminar seperti pada dekompensasi cordis kiri akut dan mitral stenosis.
4. Kelainan membran alveolokapiler
Akibat adanya reaksi antibodi terhadap membran, seperti pada Goodpasture’s syndrome.
5. Perdarahan kavitas tuberkulosa
Pecahnya pembuluh darah dinding kavitas tuberkulosis yang dikenal dengan aneurisma Rasmussen; pemekaran pembuluh darah ini berasal dari cabang pembuluh darah bronkial. Perdarahan pada bronkiektasis disebabkan pemekaran pembuluh darah cabang bronkial. Diduga hal ini terjadi disebabkan adanya anastomosis pembuluh darah bronkial dan pulmonal. Pecahnya pembuluh darah pulmonal dapat menimbulkan hemoptisis masif.
6. Invasi tumor ganas
7. Cedera dada
Akibat benturan dinding dada, maka jaringan paru akan mengalami transudasi ke dalam alveoli dan keadaan ini akan memacu terjadinya batuk darah.

Manifestasi Klinis
  • Darah dibatukkan dengan rasa panas di tenggorokan
  • Darah berbuih bercampur udara
  • Darah segar berwarna merah muda
  • Darah bersifat alkalis
  • Anemia kadang-kadang terjadi
  • Darah yang dikeluarkan berisi Lekosit, mikroorganisme, makrofag
Pemeriksaan Penunjang
  • Fotothorax
  • Bronkoskopi
  • PA Lateral
  • CT- scan

Penatalaksanaan
Bila perdarahan hanya sedikit atau hanya berupa bercak pada dahak, umumnya pertukaran gas tidak terganggu, dan penegakkan diagnosis penyakit yang mendasari menjadi prioritas. Namun apabila perdarahan masif, mempertahankan jalan napas dan pertukaran gas harus menjadi prioritas. Upaya mempertahankan jalan napas termasuk mencegah asfiksia atau darah masuk dan menyumbat saluran napas yang sehat. Pemberian oksigen dilakukan bila ada tanda ganguan pertukaran gas. Bila perlu resusitasi cairan dan darah harus diberikan.
Mengistirahatkan pasien dapat membantu mengurangi perdarahan. Memiringkan pasien ke arah sisi paru yang diduga menjadi sumber perdarahan akan membantu menjaga asfiksia sisi yang sehat. Pada hemoptisis masif, intubasi dan ventilator mekanik mungkin dibutuhkan untuk menjaga jalan napas dan pertukaran udara.
Pengobatan ditujukan untuk mengobati penyakit yang mendasari. Pemberian anti-tusif tidak disarankan karena dapat menghambat batuk sebagai mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeluarkan darah. Vitamin K dapat diberikan untuk mengkoreksi koagulopati.


Komplikasi
Komplikasi yang terjadi merupakan kegawatan dari hemoptoe, yaitu ditentukan oleh tiga faktor :
  1. Terjadinya asfiksia oleh karena terdapatnya bekuan darah dalam saluran pernapasan.
  2. Jumlah darah yang dikeluarkan selama terjadinya hemoptoe dapat menimbulkan renjatan hipovolemik.
  3. Aspirasi, yaitu keadaan masuknya bekuan darah maupun sisa makanan ke dalam jaringan paru yang sehat bersama inspirasi.


ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian  (Doegoes, 1999)
1.      Aktivitas /Istirahat
  • Kelemahan umum dan kelelahan.
  • Napas pendek dgn. Pengerahan tenaga.
  • Sulit tidur dgn. Demam/kerungat malam.
  • Mimpi buruk.
  • Takikardia, takipnea/dispnea.
  • Kelemahan otot, nyeri dan kaku.
2.      Integritas Ego :
  • Perasaan tak berdaya/putus asa.
  • Faktor stress : baru/lama.
  • Perasaan butuh pertolongan
  • Denial.
  • Cemas, iritable.
3.      Makanan/Cairan :
  • Kehilangan napsu makan.
  • Ketidaksanggupan mencerna.
  • Kehilangan  BB.
  • Turgor kulit buruk, kering, kelemahan otot, lemak subkutan tipis.
4.      Nyaman/nyeri :
  • Nyeri dada saat batuk.
  • Memegang area yang sakit.
  • Perilaku distraksi.
5.      Pernapasan :
  • Batuk (produktif/non produktif)
  • Napas pendek.
  • Riwayat tuberkulosis
  • Peningkatan jumlah pernapasan.
  • Gerakan pernapasan asimetri.
  • Perkusi :  Dullness, penurunan fremitus pleura terisi cairan).
  • Suara napas : Ronkhi
  • Spuntum : hijau/purulen, kekuningan, pink.
6.      Kemanan/Keselamatan :
  • Adanya kondisi imunosupresi : kanker, AIDS, HIV positip.
  • Demam pada kondisi akut.
7.      Interaksi Sosial :
  • Perasaan terisolasi/ditolak.
Diagnosa Keperawatan
  1. Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi yang kental/darah.
  2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveolar-kapiler.
  3. Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan produksi spuntum/batuk, dyspnea atau anoreksia
  4. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan primer, penurunan geraan silia, stasis dari sekresi.
  5. Kurang pengetahuan tentang kondisi, terapi dan pencegahan berhubungan dengan infornmasi kurang / tidak akurat.
Intervensi
Diagnosa Bersihan jalan napas tak efektif berhubungan dengan sekresi yang kental/darah.
Tujuan : Kebersihan jalan napas efektif.
Kriteria hasil :
  • Mencari posisi yang nyaman yang memudahkan peningkatan pertukaran udara.
  • Mendemontrasikan batuk efektif.
  • Menyatakan strategi untuk menurunkan kekentalan sekresi.
Rencana Tindakan :
1. Jelaskan klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat penumpukan sekret di sal. pernapasan.
Rasional:
Pengetahuan yang diharapkan akan membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.

2. Ajarkan klien tentang metode yang tepat pengontrolan batuk.
Rasional:
Batuk yang tidak terkontrol adalah melelahkan dan tidak efektif, menyebabkan frustasi.

3. Napas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin.
Rasional:
Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.

4. Lakukan pernapasan diafragma.
Rasional:
Pernapasan diafragma menurunkan frek. napas dan meningkatkan ventilasi alveolar.

5. Tahan napas selama 3 - 5  detik kemudian secara perlahan-lahan, keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut.
Lakukan napas ke dua , tahan dan batukkan dari dada dengan melakukan 2 batuk pendek dan kuat.
Rasional:
Meningkatkan volume udara dalam paru mempermudah pengeluaran sekresi sekret.

6. Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk.
Rasional:
Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien.

7. Ajarkan klien tindakan untuk menurunkan viskositas sekresi : mempertahankan hidrasi yang adekuat; meningkatkan masukan cairan 1000 sampai 1500 cc/hari bila tidak kontraindikasi.
Rasional:
Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan dapat menyebabkan sumbatan mukus, yang mengarah pada atelektasis.

8. Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk.
Rasional:
Hiegene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan mencegah bau mulut.

9. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :
Dengan dokter, radiologi  dan fisioterapi.
  • Pemberian expectoran.
  • Pemberian antibiotika.
  • Konsul photo toraks.
Rasional:
Expextorant untuk memudahkan mengeluarkan lendir dan menevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.
           
Diagnosa Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveolar-kapiler.
Tujuan : Pertukaran gas efektif.
Kriteria hasil :
  • Memperlihatkan frekuensi pernapasan yang efektif.
  • Mengalami perbaikan pertukaran gas-gas pada paru.
  • Adaptive mengatasi faktor-faktor penyebab.
Rencana tindakan :
1. Berikan posisi yang nyaman, biasanya dengan peninggian kepala tempat tidur. Balik ke sisi yang sakit. Dorong klien untuk duduk sebanyak mungkin.
Rasional:
Meningkatkan inspirasi maksimal, meningkatkan ekpsnsi paru dan ventilasi pada sisi yang tidak sakit.

2. Observasi fungsi pernapasan, catat frekuensi pernapasan, dispnea atau perubahan tanda-tanda vital.
Rasional:
Distress pernapasan dan perubahan pada tanda vital dapat terjadi sebagai akibat stress fisiologi dan nyeri atau dapat menunjukkan terjadinya syock sehubungan dengan hipoksia.

3. Jelaskan pada klien bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk menjamin keamanan.
Rasional:
Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengurangi ansietas dan mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.

4. Jelaskan pada klien tentang etiologi/faktor pencetus adanya sesak atau kolaps paru-paru.
Rasional:
Pengetahuan apa yang diharapkan dapat mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana teraupetik.

5. Pertahankan perilaku tenang, bantu pasien untuk kontrol diri dnegan menggunakan pernapasan lebih lambat dan dalam.
Rasional:
Membantu klien mengalami efek fisiologi hipoksia, yang dapat dimanifestasikan sebagai ketakutan/ansietas.

6. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :
Dengan dokter, radiologi  dan fisioterapi.
  • Pemberian antibiotika.
  • Pemeriksaan sputum dan kultur sputum.
  • Konsul photo toraks.
Rasional:
Mengevaluasi perbaikan kondisi klien atas pengembangan parunya.

Diagnosa Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan produksi spuntum/batuk, dyspnea atau anoreksia
Tujuan : Kebutuhan nutrisi adekuat
Kriteria hasil :
  • Menyebutkan makanan mana yang tinggi protein dan kalori
  • Menu makanan yang disajikan habis
  • Peningkatan berat badan tanpa peningkatan edema
Rencana tindakan
1. Diskusikan penyebab anoreksia, dispnea dan mual.
Rasional:
Dengan membantu klien memahami kondisi dapat menurunkan ansietas dan dapat membantu memperbaiki kepatuhan teraupetik.

2. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan.
Rasional:
 Keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan.

3. Tawarkan makan sedikit tapi sering (enam kali sehari plus tambahan).
Rasional:
 Peningkatan tekanan intra abdomen dapat menurunkan/menekan saluran GI dan menurunkan kapasitas.

4. Pembatasan cairan pada makanan dan menghindari cairan 1 jam sebelum dan sesudah makan.
Rasional:
  cairan dapat lebih pada lambung, menurunkan napsu makan dan masukan.

5. Atur makanan dengan protein/kalori tinggi yang disajikan pada waktu klien merasa paling suka untuk memakannya.
Rasional:
 Ini meningkatkan kemungkinan klien mengkonsumsi jumlah protein dan kalori adekuat.

6. Jelaskan kebutuhan peningkatan masukan makanan tinggi elemen berikut
  • Vitamin B12 (telur, daging ayam, kerang).
  • Asam folat (sayur berdaun hijau, kacang-kacangan, daging).
  • Thiamine (kacang-kacang, buncis, oranges).
  • Zat besi (jeroan, buah yang dikeringkan, sayuran hijau, kacang segar).
Rasional:
 Masukan vitamin harus ditingkatkan untuk mengkompensasi penurunan metabolisme dan penyimpanan vitamin karena kerusakan jaringan hepar.

7. Konsul dengan dokter/shli gizi bila klien tidak mengkonsumsi nutrien yang cukup.
Rasional:
Kemungkinan diperlukan suplemen tinggi protein, nutrisi parenteral,total, atau makanan per sonde.

0 Response to "Hemoptisis"

Posting Komentar